Alhamdulillah ! Sekarang aku sudah lepas dari SMA, menuju dunia perkuliahan. Aku sekarang jadi mahasiswi UI.
Aku cerita latar belakang mengapa aku bisa masuk Universitas ini... Pada awalnya, aku tidak ada niat, apalagi menggebu-gebu untuk masuk UI. Tiba-tiba, aku dengar melalui pengumuman di sekolah : "Bagi siswa kelas XII yang berminat mendaftar PPKB UI, silahkan ke ruangan BK." PPKB adalah salah satu jalur masuk UI yang sangan sangat praktis. Hanya dengan mengirimkan rapot SMA semester 1-4 dan beberapa berkas-berkas lain, tanpa tes. Beberapa bulan aku dan 3 teman lain menunggu. Bapakku menyarankanku untuk mendaftar UGM jika aku tidak diterima di UI. Ternyata, Alhamdulillah :) Aku dan 2 orang teman diterima lah aku di UI. Padahal, sebelumnya sempat berpikir, "Ga usah diterima di UI gpp, biar bisa langsung kuliah di Jerman." Aku benar-benar keras kepala saat itu. Tapi aku sadar, ini yang terbaik. Aku sudah melihat bukti-buktinya sedikit.
Sekarang di Depok, aku tinggal di Kos yang tidak terlalu jauh dari fakultas Psikologi. Menurutku tidak jauh karena aku suka jalan kaki :) Tidak masalah bagiku jika harus menyebrang rel kereta api, menyebrang jalan, melewati walkampus UI yang asri dengan taman-taman, supaya dapat sampai ke tujuanku : Fakultas Psikologi.
Awal-awal tinggal di Kos Pondok Ridha, aku benar-benar sibuk. Belanja ditemani Bapak dan Ibuku, membersihkan kamar, menata barang-barang belanjaan : rice cooker, kipas angin, alat tulis, ember, obat pel, sapu, dll. Itu benar-benar menghabiskan tenaga hingga aku sulit tidur, tanganku 'kemeng'.
Sempat juga aku menemukan masalah dengan minuman. Aku pertaman kali beli air mineral satu galon di Kos. Aku pasang pompa air, sebelumnya sudah aku cuci dan pipa pompa direndam di air yang telah mendidih. Aku coba minum dengan bantuan pompa. Rasanya aneh di perut. Aku sakit perut. Ada yang tidak beres. Mungkin dengan pompa, atau memang perutku menolak air mineral itu. Untuk penelitian lebih lanjut, aku coba minum punya mbak kosku. Dia juga pakai bantuan pompa. Rasanya juga aneh, tapi tidak separah dari punyaku. Aku menyimpulkan aku tidak cocok dengan merek itu. Ya sudahlah, aku beli merek lain satu galon di sebuah agen. Benar-benar praktis, hanya dengan sms, lalu pengantar datang ke kosku. Bahkan diantar di depan kamar kosku. Aku coba dengan cara yang sama dengan pompa. Rasanya pahit ! Seharusnya, tidak seperti ini. Air mineral yang normal, seperti di botol, rasanya sangat beda jauh. Aku coba tanpa pompa, dengan menuangkan air dari galon langsung ke gelas. Rasanya tidak terlalu pahit, tapi masih saja beda dengan kemasan botol.
Kegiatan kampusku sekarang adalah latihan paduan suara untuk wisuda kakak kelas dan penyambutan para mahasiswa baru. Kegiatan ini tidak peduli dengan hari. Tanggal 1 saja hari Minggu tetap ada kegiatan. (Mestinya libur). Hufff, ini melelahkan. Masuk pagi (sekitar pukul 8 untuk absen) pulang siang (pukul 14), tapi waktu dapat berubah, tergantung situasi dan kondisi. Itu belum termasuk jalan pulang pergi.
Awal-awal aku pergi ke Balairung (gedung pertemuan UI) sendiri, itu pun jalan kaki. Selama paduan suara pun, aku juga tidak bersama dengan teman yang tetap. Pasti ganti teman. Ada sisi positifnya juga di balik kesendirian itu : aku kenal banyak mahasiswi baru dari berbagai fakultas dan daerah. Pernah aku menyapa orang yang terlihat 'jutek'. Ternyata, dia juga ramah setelah aku ajak bicara. Pelajaran : jangan pernah menilai orang langsung dari luarnya saja. Ketika aku berkata, "Aku dari Jogja", mereka merespon,"Pantes." haha.. Ya, logatku benar-benar logat orang Jawa : medog. Namun, kesendirianku berkurang setelah aku berkumpul sesama psikologi. Mulai hari ini, aku menemukan teman. Kami duduk, pergi keluar untuk istirahat siang, dan duduk kembali di Balairung bersama-sama.
Memang, kegiatan awal ini melelahkan ! Tapi, tidak apa-apa lah, aku masih bisa tertawa melihat teman-temanku. Mereka lucu :D Aku pun juga senang :D Alhamdulillah,,, inilah jalan yang terbaik bagiku. Tidak perlu keburu-buru ke Jerman... Nikmati saja apa yang ada, tapi tetap mempersiapkan untuk ke depan : tetap belajar bahasa Jerman, explore teman-teman yang siapa tau nanti bisa serius, belajar hidup. Ayo BELAJAR ! (Jangan artikan kata itu secara sempit)
Aku cerita latar belakang mengapa aku bisa masuk Universitas ini... Pada awalnya, aku tidak ada niat, apalagi menggebu-gebu untuk masuk UI. Tiba-tiba, aku dengar melalui pengumuman di sekolah : "Bagi siswa kelas XII yang berminat mendaftar PPKB UI, silahkan ke ruangan BK." PPKB adalah salah satu jalur masuk UI yang sangan sangat praktis. Hanya dengan mengirimkan rapot SMA semester 1-4 dan beberapa berkas-berkas lain, tanpa tes. Beberapa bulan aku dan 3 teman lain menunggu. Bapakku menyarankanku untuk mendaftar UGM jika aku tidak diterima di UI. Ternyata, Alhamdulillah :) Aku dan 2 orang teman diterima lah aku di UI. Padahal, sebelumnya sempat berpikir, "Ga usah diterima di UI gpp, biar bisa langsung kuliah di Jerman." Aku benar-benar keras kepala saat itu. Tapi aku sadar, ini yang terbaik. Aku sudah melihat bukti-buktinya sedikit.
Sekarang di Depok, aku tinggal di Kos yang tidak terlalu jauh dari fakultas Psikologi. Menurutku tidak jauh karena aku suka jalan kaki :) Tidak masalah bagiku jika harus menyebrang rel kereta api, menyebrang jalan, melewati walkampus UI yang asri dengan taman-taman, supaya dapat sampai ke tujuanku : Fakultas Psikologi.
Awal-awal tinggal di Kos Pondok Ridha, aku benar-benar sibuk. Belanja ditemani Bapak dan Ibuku, membersihkan kamar, menata barang-barang belanjaan : rice cooker, kipas angin, alat tulis, ember, obat pel, sapu, dll. Itu benar-benar menghabiskan tenaga hingga aku sulit tidur, tanganku 'kemeng'.
Sempat juga aku menemukan masalah dengan minuman. Aku pertaman kali beli air mineral satu galon di Kos. Aku pasang pompa air, sebelumnya sudah aku cuci dan pipa pompa direndam di air yang telah mendidih. Aku coba minum dengan bantuan pompa. Rasanya aneh di perut. Aku sakit perut. Ada yang tidak beres. Mungkin dengan pompa, atau memang perutku menolak air mineral itu. Untuk penelitian lebih lanjut, aku coba minum punya mbak kosku. Dia juga pakai bantuan pompa. Rasanya juga aneh, tapi tidak separah dari punyaku. Aku menyimpulkan aku tidak cocok dengan merek itu. Ya sudahlah, aku beli merek lain satu galon di sebuah agen. Benar-benar praktis, hanya dengan sms, lalu pengantar datang ke kosku. Bahkan diantar di depan kamar kosku. Aku coba dengan cara yang sama dengan pompa. Rasanya pahit ! Seharusnya, tidak seperti ini. Air mineral yang normal, seperti di botol, rasanya sangat beda jauh. Aku coba tanpa pompa, dengan menuangkan air dari galon langsung ke gelas. Rasanya tidak terlalu pahit, tapi masih saja beda dengan kemasan botol.
Kegiatan kampusku sekarang adalah latihan paduan suara untuk wisuda kakak kelas dan penyambutan para mahasiswa baru. Kegiatan ini tidak peduli dengan hari. Tanggal 1 saja hari Minggu tetap ada kegiatan. (Mestinya libur). Hufff, ini melelahkan. Masuk pagi (sekitar pukul 8 untuk absen) pulang siang (pukul 14), tapi waktu dapat berubah, tergantung situasi dan kondisi. Itu belum termasuk jalan pulang pergi.
Awal-awal aku pergi ke Balairung (gedung pertemuan UI) sendiri, itu pun jalan kaki. Selama paduan suara pun, aku juga tidak bersama dengan teman yang tetap. Pasti ganti teman. Ada sisi positifnya juga di balik kesendirian itu : aku kenal banyak mahasiswi baru dari berbagai fakultas dan daerah. Pernah aku menyapa orang yang terlihat 'jutek'. Ternyata, dia juga ramah setelah aku ajak bicara. Pelajaran : jangan pernah menilai orang langsung dari luarnya saja. Ketika aku berkata, "Aku dari Jogja", mereka merespon,"Pantes." haha.. Ya, logatku benar-benar logat orang Jawa : medog. Namun, kesendirianku berkurang setelah aku berkumpul sesama psikologi. Mulai hari ini, aku menemukan teman. Kami duduk, pergi keluar untuk istirahat siang, dan duduk kembali di Balairung bersama-sama.
Memang, kegiatan awal ini melelahkan ! Tapi, tidak apa-apa lah, aku masih bisa tertawa melihat teman-temanku. Mereka lucu :D Aku pun juga senang :D Alhamdulillah,,, inilah jalan yang terbaik bagiku. Tidak perlu keburu-buru ke Jerman... Nikmati saja apa yang ada, tapi tetap mempersiapkan untuk ke depan : tetap belajar bahasa Jerman, explore teman-teman yang siapa tau nanti bisa serius, belajar hidup. Ayo BELAJAR ! (Jangan artikan kata itu secara sempit)