Kamis, 18 September 2014

Pelajaran di balik sakit

Beberapa hari ini aktivitas-aktivitas sengaja aku kurangi. Rasanya pengen banyak istirahat.Benar kan? Daripada memaksakan diri ke kampus dalam rangka mengerjakakan skripsi, sementara mau bernapas aja agak susah, lebih baik istirahatkan diri dan jangan terlalu banyak mikir. Itu pelajaran yang bisa diambil dari sakit: secara tidak langsung terbebaskan dari kesibukan beberapa saat. Yeay !
*Salah fokus.. Bukan, bukan itu pelajaran utamanya.

Jauh dan lebih dari sekedar membebaskan diri dari kesibukan, aku bisa petik beberapa “buah” pelajaran dari “pohon” sakit flu berat ini yang mengakibatkan agak susah bernapas:
1    1. Aku semakin ingat, Allah yang menyembuhkan siapapun dari sakit, sementara obat hanyalah bantuan tambahan. Mengingat Allah (dzikrullah) adalah obat untuk jiwa, sementara makan atau minum yang masuk pencernaan adalah obat untuk badan. Jadi, perlu berdo’a juga kalau memang ingin sembuh.
2     2. Berusaha untuk sabar. Menahan diri dari mengeluarkan keluhan yang tidak bermanfaat, optimis bakal sembuh, dan terus berusaha untuk sembuh. Usahaku antara lain: menghindari angin malam, minum ramuan-ramuan herbal, banyak minum air putih hangat, dan istirahat yang cukup.
     Aku juga bukan tipe orang yang gampang minum obat kimiawi dan ke dokter untuk mendapatkan resep obat. Menurutku, obat dari bahan alami jauh lebih baik daripada obat kimiawi walaupun proses penyembuhannya lebih lama. Jauh lebih baik repot-repot meracik minuman jahe, madu dicampur jeruk nipis, merebus air, daripada minum obat kimiawi yang instan. Sakit seperti pilek, demam, dan batuk, itu semua kan reaksi tubuh setelah ada benda asing, seperti virus atau bakteri yang masuk. Lendir saat pilek membantu memblokir benda asing yang berusaha masuk ke tubuh, supaya jangan sampai masuk lebih jauh. Begitu juga dengan panas tubuh tinggi dan batuk. Semua punya fungsi masing-masing.
     Jadi, bukan batuk atau pileknya yang semestinya segera dihilangkan, tapi gimana caranya menjaga daya tahan tubuh tetap fit. Proses ini yang membutuhkan waktu yang lebih lama. Itu pengetahuanku seputar kesehatan sebagai alasan untuk selalu berusaha berpikir positif ketika sakit dan tidak terburu-buru untuk mengkonsumsi yang instan.
3     3. Tetap menyerahkan semuanya kembali pada Allah. Memang aku berusaha dan optimis untuk sembuh, tapi soal kapan sembuhnya, itu terserah Allah. Kalau masih tetap sakit, yakin saja, pasti ada pelajaran di balik sakit ini. Sakit adalah kesempatan bagi badan untuk beristirahat. Badan yang sering kali kita paksa untuk bekerja melebihi kemampuannya. Lebih jauh lagi, sakit adalah momen  yang tepat untuk melakukan perenungan yang hampir tidak pernah dilakukan selama kita sehat. Serasa Allah berkata, “Lihat dirimu, Rizka. Apa yang kamu bisa dapatkan dari kejadian berupa sakit ini ?” Soal skripsi yang terhambat, tidak perlu dibuat sulit. Alhamdulillah, aku masih bisa mengerjakan tugas akhir itu walaupun progresnya lambat. InsyaAllah, lulus semester ini !

Kurasa aku sudah cukup kenyang memakan “buah” pelajaran dari “pohon” sakit. Setelah kenyang, aku harus minum air “kesimpulan” sebagai penutup. Jadi, sakit bukanlah sebuah malapetaka karena ada pelajaran-pelajaran yang bisa diambil dari itu, kalau kita memang berusaha mengambil pelajaran.
Semoga kita termasuk orang yang pandai mengambil pelajaran yaaa : )


Jumat, 05 September 2014

Hikmah dalam Hantaman, Pelajaran dalam Intimidasi



Tau rasanya dihantam pakai batu bata ? sakit kan…
Anggap saja intimidasi adalah hantaman batu bata itu. Suatu saat, ada orang yang berniat baik memberikan motivasi, tapi sayangnya dia memotivasiku dengan cara yang kurang tepat. Mungkin dia yang tidak terlalu mengenalku atau bisa jadi memang tidak pernah memikirkan perasaan orang lain, jadi merasa biasa saja ketika memotivasi dengan cara yang menurutku mengintimidasi.

Ketika mengingat perkataan yang diklaimnya sebagai motivasi, sejujurnya aku setuju dengan apa yang dikatakannya, tapi di sisi lain rasanya… sengit tenan, dongkol, males ngadepin dia. Intimidasi tetap lah intimidasi, menyakitkan, seperti dihantam batu bata, jauh lebih sakit dibandingkan dihantam kapas dengan berat dan kekuatan yang sama dengan hantaman batu bata. Hantaman itu membuatku lemah, enggan berhadapan dengan sumber hantaman itu.

Aku pun berpikir, rasanya ada yang salah. Semestinya aku harus lebih kuat.
Kontemplasi singkat.. Ternyata Allah memberiku petunjuk. Aku mendapatkan pelajaran:
1    1. Dalam hidup ini pasti ada orang yang zholim, tidak ada manusia yang Maha adil. Pasti ada orang yang berkata-kata tanpa memikirkan kondisi lawan bicaranya, tidak empati, semaunya saja menggunakan mulut.
2   2. Yang jadi persoalan adalah bagaimana caranya aku bisa menangkis hantaman, bukan menjauhi sumber hantaman karena hantaman pasti selalu ada. Menjadikan hati lebih kuat menghadapi orang yang berbicara semaunya, sementara kebiasaan bicara semaunya sulit dihilangkan dari diri orang lain dan itu sulit dijauhi.
3   3. Solusi utama adalah minta pada Allah untuk menguatkan hati. Hati yang kuat membuat kita mampu menangkis hantaman, dibantu dengan pengalaman empiris. Hati yang kuat juga membuat diri mampu berpikir jernih, sehingga bisa mengambil hal positif dari sebuah intimidasi. Perilaku pun juga membaik akhirnya.

Lain kali, ketika hantaman serupa datang, aku akan menghadapinya dengan tenang dan berpikir positif, insya Allah. Motivasi dalam intimidasi akan aku ambil, walaupun intimidasi akan aku lupakan.

Kalau ada yang menghantam dengan mengatakan “keluar dari zona nyamanmu !”. Aku akan menanggapi, “Ya, aku akan melakukannya, tapi sekarang bukan waktu yang tepat.” Masih ada hantaman lain yang lebih penting untuk diurus. Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan seperti  kesibukan dan kesiapan hati. Akan berbahaya kalau aku memaksakan diri untuk keluar dari zona nyaman sementara ada tugas lain yang lebih penting untuk diselesaikan dan hati belum siap. Aku yang lebih mengenal diriku, Allah yang paling mengenal diriku. Aku yang lebih tahu dan berhak mengatur diriku tentang kapan aku akan keluar dari zona nyaman, dibandingkan manusia lain.

Memang, manusia bukan yang Maha adil, pasti pernah berbuat zholim.

Semoga Allah mengampuni yang berbuat zholim dan akhirnya kita semua bisa mengambil pelajaran dari kesalahan yang telah diperbuat.