Minggu, 01 Desember 2013

Islamisasi (Ilmu) Psikologi, Revolusi Epistemologi: Mengapa?

Orang akan bertanya apa itu Islamisasi Psikologi, mungkin mulai khawatir, berpikir bahwa akan ada aliran dalam ilmu psikologi yang menentang aliran-aliran lain, atau sebagai lambang superioritas pihak tertentu. Jangan terburu-buru berpikir ke arah itu. Tentu saja ini bukan hal yang mengkhawatirkan. Islamisasi ilmu pada dasarnya tidak dimaksudkan untuk menjajah pemikiran semua orang atau memaksa semua orang untuk berpikiran dalam perspektif Islam. Islam sebagai ad-Diin memang rahmat bagi alam semesta (QS. Al-Anbiya (21): 107). Meskipun begitu, tidak ada paksaan untuk memasuki Islam, sebenarnya sudah jelas antara jalan yang benar dengan jalan yang sesat (QS. Al-Baqarah (2): 256).

Tulisan ini dibuat dari perspektif saya sebagai seorang muslim, namun tetap memaparkan juga perspektif pemikiran lain. Tujuan dari tulisan ini bukanlah untuk mempengaruhi pembaca yang pemikirannya berbeda, sehingga berpindah pemikiran. Namun, dibuatnya tulisan ini adalah untuk memberi informasi agar pembaca mengetahui urgensi melakukan Islamisasi ilmu pengetahuan kontemporer supaya sesuai untuk muslim. Sebelum menjelaskan mengapa perlu dilakukan Islamisasi ilmu pengetahuan kontemporer, simak contoh kasus berikut agar lebih jelas.

(lanjut)... http://www.islampos.com/islamisasi-ilmu-psikologi-revolusi-epistemologi-mengapa-75673/

Kamis, 09 Mei 2013

Korban Perang Pemikiran ? No way !


Ada yang berpendapat kalau Humanisme itu aliran filsafat/psikologi yang terkeren ? Ada yang sepenuhnya setuju dengan behaviorisme, kalau manusia bertingkah laku karena stimulus dari luar dirinya ? Ada yang setuju kalau ilmu itu harus didapetin dari penelitian empiris (harus ada variabel sebagai bukti yang terukur) ?

Hati-hati dalam menjawab pertanyaan itu, walaupun aku mengakui kalau teori-teori yang dicetuskan oleh ilmuwan Barat itu keren, bermanfaat, aplikatif. Tapi, bukan yang terkeren karena ada cacatnya. Salah satu cacatnya adalah makna ilmu dipersempit jadi suatu yang terindera, dapat dirasakan, atau terukur. Hal metafisik (di luar jangkauan manusia), seperti hal-hal ghoib, diabaikan atau bahkan tidak diakui.  Konsep ilmu dalam Islam tentu mencakupi fisik dan metafisik. Sebagai muslim, kita meyakini Islam sebagai sistem yang sudah sempurna kan.

Sayangnya, justru pengetahuan-pengetahuan Barat lah yang menjadi trend saat ini. Banyak orang yang terjebak (walaupun banyak juga yang tidak merasa), termasuk muslim. Ingat hadits ini ?
Bahkan jika mereka masuk dalam liang biawak pun, orang Islam tanpa pikir panjang akan mengikutinya (hadits Sahih Muslim No. 2002, dalam buku Dilema Psikolog Muslim karya Dr. Malik Badri)

Aku mau menjelaskan apa resiko kalau kita, muslim, benar-benar mengikuti pemikiran Barat tanpa pikir panjang atau tanpa adaptasi.

1.       Barat itu labil. Bersyukurlah kita, Islam mengajarkan kita untuk mengikuti Al-qur’an sebagai wahyu dari Allah. Percaya deh. Apa yang dibilang Allah adalah yang paling reliable (selalu konsisten, berlaku di berbagai jaman) dan valid (berlaku di mana aja). Kalau kita selalu mengikuti pemikiran Barat yang labil itu tanpa adaptasi, rugi deh.

2.       Muslim bakal makin jauh dari Allah karena sekulerisme berusaha menjauhkan agama dari aspek kehidupan sosial. Arti sekuler menurut Max Weber (dalam buku Islam dan Sekularisme karya Prof. Al Attas) adalah pembebasan alam dari unsur-unsur yang sakral, penghapusan otoritas agama dari politik, dan menjadikan semua sistem budaya dan nilai sebagai sesuatu yang relatif. Menurut pandangan sekuler, alam itu terlihat apa adanya, tanpa memikirkan siapa dibalik alam yang indah itu. Sistem nilai bahkan dianggap relatif, jadi nilai-nilai agama bisa diubah juga. Kalau kita ikuti itu, kita makin jauh dari islam, lalu dunia akan dikuasai oleh orang-orang yang tidak memahami Islam, akhirnya makin kacau. Mungkin kekacauan tidak terlihat kasat mata, tapi pikiran yang peka akan melihatnya.  

Aku harap kita semua tidak ada yang rela menjadi pengikut setia Barat. Aku hanya bisa memberi peringatan berupa saran. Pertama, pahami Islam secara lebih mendalam. Dengan begitu, kita tahu mana yang benar dan yang salah. Perlu juga pelajari ilmu-ilmu barat supaya tahu karakteristik pemikiran Barat, tahu bagus jeleknya, akhirnya bisa memakai bagusnya dan menghindari jeleknya. Kedua, tetap istiqomah untuk mempertahankan nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari. Kita tidak perlu melabelkan semua ilmu dengan kata “Islam” karena labelisasi konsep tidak menjamin adanya Islamisasi di dalamnya. Ketiga, yang terpenting adalah kritis terhadap pemikiran Barat. Maksud dari kritis adalah tidak menolak atau menerima mentah-mentah. Tidak semua pemikiran Barat bertentangan dengan Islam karena sebagian justru bermanfaat dalam kehidupan kita sebagai muslim termasuk dalam dakwah. Jangan juga diterima tanpa adaptasi karena bisa terjebak pada  resiko-resiko yang aku sebutkan sebelumnya. Pahami, lalu saring berdasarkan value yang kita punyai, yaitu Islam.

Aku semakin yakin saat ada dosen kita yang bilang kurang lebih seperti ini, “Mohon maaf ya. Teori-teori barat itu, kalau kita ikuti dalam jangka panjang, bakal ada masalah.” Itu terjadi saat membahas keluarga dengan anak adopsi, mata kuliat psikologi keluarga. Beliau beberapa kali bilang kalau dalam Islam, konsep adopsi itu ga ada. Yang ada adalah menyantuni anak miskin dan yatim.

Itu pengalaman yang cukup membangunkan pikiran, mengaktivasi kembali pemikiran kritis terhadap Barat.

Sekali lagi, jangan mau jadi korban perang pemikiran. Pihak Barat pengen pemikirannya dicontoh banyak orang, cari teman sebanyak-banyaknya. Memang, serangan pemikiran selalu ada, tapi kita jangan mau jadi korban perang pemikiran ya...

Sabtu, 20 April 2013

Cantik itu...

Di suatu siang di taman Akademos, tempat berkumpulnya para filsuf wanna be. Saat itu, suasana sepi, tinggal Firu dan Disa. Mereka adalah dua teman yang sama-sama seorang pemikir di jaman itu. Bedanya, Firu adalah seorang pemikir yang terkenal karena wajahnya yang cantik, cantiknya bahkan melebihi orang-orang yang didewikan saat itu. Selain itu, dia juga memiliki jabatan penting di kota Mudamudabir. Tiap ada dia lewat, ada hampir semua lelaki melihat ke arahnya. Bukan maksud penulis sok tau, tapi itu adalah salah satu pernyataan dari temannya yang beru dikenal, Disa.  

Disa juga seorang pemikir. Wajahnya pas-pasan, tidak terlalu dikenal, tapi kritisnya luar biasa. Orang-orang yang mengenal dia adalah musuh-musuh dalam perang pemikiran yang terjadi saat itu. Wajar dia banyak musuh karena dia adalah orang yang anti mainstream. Pada dasarnya, dia tidak setuju dengan prinsip demokrasi. “Sungguh aneh. Bagaimana mungkin, sebuah pemerintahan dipimpin oleh banyak orang.” Itu pemikirannya. Pernah suatu saat dia berdiskusi dengan penguasa Kota Mudamudabir yang mengaku sangat demokratis, untuk mempertanyakan jalannya demokrasi di kota ini. Dia punya prinsip yang kuat, tentu saja. Dengan prinsip itu, dia bahkan diusir secara halus dari ruangan penguasa kota setelah mendapat jawaban dari pertanyaan itu.

Itu adalah salah satu kisah Disa. Segala hal dia pertanyakan dan semuanya bisa terjawab walaupun sebagian besar jawaban itu sangat sangat tidak memuaskan. Tapi, ada satu hal yang belum terjawab,  yaitu bagaimana rasanya menjadi orang yang dipandang cantik oleh kebanyakan laki-laki.
Disa bersyukur karena temannya, Firu adalah orang yang cantik. Mulailah dialog antar para pemikir dimulai..

Disa: “Firu, bagaimana rasanya jadi orang cantik ?”
Firu: “Apa yang kamu maksud dengan kata cantik ?”
Disa: “Umum sih. Ketika orang cantik lewat, banyak mata yang melihat”
Firu: “Haha..Sempit sekali definisimu. Tapi okelah, aku jelasin dari perspektifmu. Aku risih ketika dilihat terus-menerus oleh banyak lelaki. Aku mungkin terkenal, tapi aku ngerasa terpenjara dengan mata-mata itu.”
Disa: “Aku tidak mengerti apa maksudmu, Firu”
Firu: “Aku tidak merasa bebas dengan wajah ini. Ini, wajah pemberian Tuhan, yang sementara, justru memenjarakanku. Aku tidak ingin dilihat oleh banyak lelaki karena wajahku seperti ini.”
Disa: “Aku heran, kenapa kamu tidak bersyukur ? Taukah kamu, banyak wanita yang ingin menjadi seperdi dirimu.”
Firu: “Karena dengan wajah ini, aku merasa diikutin oleh mata-mata jahat. Mereka belum merasakan bagaimana menjadi seorang  dengan wajah seperti ini.”
Disa: “Ok,Bagaimana rasanya ?”
Firu: “Bisakah kau bayangkan ? Tiap hari, aku didatangi oleh orang yang berbeda-beda, tentu dengan cara terhormat. Mereka dengan modus yang elegan mengajakku berdiskusi. Aku tau, mana yang sungguh-sungguh ingin berdiskusi, mana yang hanya ingin mencari perhatianku. Aku tidak senang sama sekali dengan orang yang sekedar cari perhatian. Ingat, kita adalah pemikir ! jangan habiskan perhatian untuk hal-hal yang tidak penting”

Disa: “Wow.. Baru kali ini aku menemukan wanita yang justru merasa terpenjara dengan wajah cantiknya. Kamu harus diskusi dengan para wanita yang iri padamu.”
Firu: “Sungguh ? Aku pikir rasa risih seperti ini ada pada tiap wanita, tapi mungkin levelnya berbeda-beda. Anyway, aku justru ingin bebas seperti dirimu. Kau selalu memberi perhatian pada hal-hal yang tepat karena hanya ada beberapa pasang mata yang memperhatikanmu. ”
Disa: “Terima kasih kalau begitu... Maaf, aku harus pulang karena hari sudah malam. Kamu juga harus pulang karena mungkin masih ada mata-mata yang jahat. Keadaanmu lebih berbahaya di sini.”
Firu: “Terima kasih sudah mengingatkan. Ya, aku sudah mengantisipasi hal itu. Aku tidak mau menjadi bayang-bayang para pemilik mata-mata jahat itu, dalam angan ataupun mimpi mereka. Aku masih harus di sini untuk menjaga titipan buku-buku teman.”
Disa:”Oke kalau begitu. Senang bertemu denganmu, Firu. Hati-hati. Semoga Tuhan melindungimu dari mata-mata jahat.“
Firu: “Kau hati-hati juga. Kau tidak punya jaminan bebas dari mata-mata jahat.”

Sepanjang jalan menuju rumah inspirasi, Disa memikirkan kata-kata Firu kembali. Betapa tidak enaknya menjadi orang yang didewikan, bahkan lebih dari dewi kata orang-orang. Tiba-tiba, ada pertanyaan lain muncul dalam benaknya, “Apakah orang cantik yang merasa senang ketika banyak orang melihatnya, benar-benar merasa bahagia ?” Disa ingin bertanya pada seseorang, tapi tentu bukan Firu. Semoga esok hari ketika matahari di Kota Mudamudabir bersinar, ada seseorang yang dapat menjawab ini.

Cantik Itu...


Di suatu siang di taman Akademos, tempat berkumpulnya para filsuf wanna be. Saat itu, suasana sepi, tinggal Firu dan Disa. Mereka adalah dua teman yang sama-sama seorang pemikir di jaman itu. Bedanya, Firu adalah seorang pemikir yang terkenal karena wajahnya yang cantik, cantiknya bahkan melebihi orang-orang yang didewikan saat itu. Selain itu, dia juga memiliki jabatan penting di kota Mudamudabir. Tiap ada dia lewat, ada hampir semua lelaki melihat ke arahnya. Bukan maksud penulis sok tau, tapi itu adalah salah satu pernyataan dari temannya yang beru dikenal, Disa.  

Disa juga seorang pemikir. Wajahnya pas-pasan, tidak terlalu dikenal, tapi kritisnya luar biasa. Orang-orang yang mengenal dia adalah musuh-musuh dalam perang pemikiran yang terjadi saat itu. Wajar dia banyak musuh karena dia adalah orang yang anti mainstream. Pada dasarnya, dia tidak setuju dengan prinsip demokrasi. “Sungguh aneh. Bagaimana mungkin, sebuah pemerintahan dipimpin oleh banyak orang.” Itu pemikirannya. Pernah suatu saat dia berdiskusi dengan penguasa Kota Mudamudabir yang mengaku sangat demokratis, untuk mempertanyakan jalannya demokrasi di kota ini. Dia punya prinsip yang kuat, tentu saja. Dengan prinsip itu, dia bahkan diusir secara halus dari ruangan penguasa kota setelah mendapat jawaban dari pertanyaan itu.

Itu adalah salah satu kisah Disa. Segala hal dia pertanyakan dan semuanya bisa terjawab walaupun sebagian besar jawaban itu sangat sangat tidak memuaskan. Tapi, ada satu hal yang belum terjawab,  yaitu bagaimana rasanya menjadi orang yang dipandang cantik oleh kebanyakan laki-laki. 

Disa bersyukur karena temannya, Firu adalah orang yang cantik. Mulailah dialog antar para pemikir dimulai..
Disa: “Firu, bagaimana rasanya jadi orang cantik ?”
Firu: “Apa yang kamu maksud dengan kata cantik ?”
Disa: “Umum sih. Ketika orang cantik lewat, banyak mata yang melihat”
Firu: “Haha..Sempit sekali definisimu. Tapi okelah, aku jelasin dari perspektifmu. Aku risih ketika dilihat terus-menerus oleh banyak lelaki. Aku mungkin terkenal, tapi aku ngerasa terpenjara dengan mata-mata itu.”
Disa: “Aku tidak mengerti apa maksudmu, Firu”
Firu: “Aku tidak merasa bebas dengan wajah ini. Ini, wajah pemberian Tuhan, yang sementara, justru memenjarakanku. Aku tidak ingin dilihat oleh banyak lelaki karena wajahku seperti ini.”
Disa: “Aku heran, kenapa kamu tidak bersyukur ? Taukah kamu, banyak wanita yang ingin menjadi seperdi dirimu.”
Firu: “Karena dengan wajah ini, aku merasa diikutin oleh mata-mata jahat. Mereka belum merasakan bagaimana menjadi seorang  dengan wajah seperti ini.”
Disa: “Ok,Bagaimana rasanya ?”
Firu: “Bisakah kau bayangkan ? Tiap hari, aku didatangi oleh orang yang berbeda-beda, tentu dengan cara terhormat. Mereka dengan modus yang elegan mengajakku berdiskusi. Aku tau, mana yang sungguh-sungguh ingin berdiskusi, mana yang hanya ingin mencari perhatianku. Aku tidak senang sama sekali dengan orang yang sekedar cari perhatian. Ingat, kita adalah pemikir ! jangan habiskan perhatian untuk hal-hal yang tidak penting”
Disa: “Wow.. Baru kali ini aku menemukan wanita yang justru merasa terpenjara dengan wajah cantiknya. Kamu harus diskusi dengan para wanita yang iri padamu.”
Firu: “Sungguh ? Aku pikir rasa risih seperti ini ada pada tiap wanita, tapi mungkin levelnya berbeda-beda. Anyway, aku justru ingin bebas seperti dirimu. Kau selalu memberi perhatian pada hal-hal yang tepat karena hanya ada beberapa pasang mata yang memperhatikanmu. ”
Disa: “Terima kasih kalau begitu... Maaf, aku harus pulang karena hari sudah malam. Kamu juga harus pulang karena mungkin masih ada mata-mata yang jahat. Keadaanmu lebih berbahaya di sini.”
Firu: “Terima kasih sudah mengingatkan. Ya, aku sudah mengantisipasi hal itu. Aku tidak mau menjadi bayang-bayang para pemilik mata-mata jahat itu, dalam angan ataupun mimpi mereka. Aku masih harus di sini untuk menjaga titipan buku-buku teman.”
Disa:”Oke kalau begitu. Senang bertemu denganmu, Firu. Hati-hati. Semoga Tuhan melindungimu dari mata-mata jahat.“
Firu: “Kau hati-hati juga. Kau tidak punya jaminan bebas dari mata-mata jahat.”

Sepanjang jalan menuju rumah inspirasi, Disa memikirkan kata-kata Firu kembali. Betapa tidak enaknya menjadi orang yang didewikan, bahkan lebih dari dewi kata orang-orang. Tiba-tiba, ada pertanyaan lain muncul dalam benaknya, “Apakah orang cantik yang merasa senang ketika banyak orang melihatnya, benar-benar merasa bahagia ?” Disa ingin bertanya pada seseorang, tapi tentu bukan Firu. Semoga esok hari ketika matahari di Kota Mudamudabir bersinar, ada seseorang yang dapat menjawab ini.

Jumat, 25 Januari 2013

Tetep Seksi tapi Tejaga


Simak percakapan antara dua cewek ini: si Seksi (A) & si Seksi tertutup (B). Mereka saling bertukar pikiran tentang berpakaian. Si A terobsesi ingin tampil seksi agar dilihat sebagai orang yang menarik, sedangkan si B cenderung tidak ingin mengumbar ke seksiannya walaupun dia mantan model.

Saat nongkrong di mall…

A: Eh, Gue ngiri nih sama cewek-cewek itu.
B: Cewek-cewek mana coba ? Di sini banyak cewek. Kita juga cewek. Hehe
A: Itu loh. Mereka yang tampang model. Pake hak tinggi, betisnya proporsional, rambutnya bagus, bajunya biasa-biasa aja sih, tapi keren… Wuiih badannya bagus.
B: Wah, lu dah kemakan kata-kata iklan. Emang lu ga ngerasa diri lu seksi ?
A: Haduh. Kalo gue seksi, dari dulu mah pake baju yang lagi in, kayak mbak mbak model tadi itu tuh. Keren kan kalo badan gue tuh bagus & bisa dipuji banyak orang.
B: Kalo menurut gue, seksi itu ga harus langsing kayak model-model di media masa kok. Emang  badan yang bagus mesti dipamerin di depan umum gitu ?
A: Eh lu mantan model kok ngomong gitu sih ? Perasaan lu juga ga kalah seksi sama mereka.
B: Ya, gue masih seksi kayak dulu, tapi sekarang sadar kalo keseksian gue ga jadi konsumsi publik ! Liat kan, gue ogah pake baju yang buka-bukaan.
A:  Kenapa pikiran lu berubah ? Bukannya lu seneng ya selama jadi model yang bersedia pake baju apa aja sesuai permintaan agency model ?
B: Ya, dulu. Tapi sekarang gue sadar. Gue ga bisa seenaknya disuruh pake baju apa aja. Ga pantes ahh, buka-bukaan gitu. Seksi sih tetep. Tapi kalo nunjukkin keseksian gue di depan umum, no way !
A: Trus, lu anti sama tren mode gitu ? Ga gaul dong jadinya.
B: Bukannya anti, tapi ga mau terus-terusan kebawa arus. Kalo ngikutin tren yang baik-baik sih, ga masalah.
A: Emang bisa yang baik-baik maksud lu tuh kayak gimana ?
B: Kayak gini say. Boleh pake baju seksi, asal ga di depan umum. Setelah gue belajar dikit-dikit tentang Islam, ternyata gue sadar kalo yang gue lakuin selama ini tuh salah. Ga baik ah, ngumbar-ngumbar keseksian sama sembarangan orang.
A: Oh gitu ya.. Mikir-mikir dulu nih. Perkataan lu ada bagusnya juga. Thanks yaa.
B: Yoi, jadi intinya, kita sebagai cewek boleh aja seksi, tapi tutupin keseksian lu itu kecuali sama orang yang berhak, suami lu tuh. Seksi tetep seksi, tapi jangan diumbar-umbar ya say : )



Rabu, 23 Januari 2013

Cerita seseorang yang...

Keburu isi kepalaku luber, aku mesti tulis ini segera.
Hanya sebuah cerita sebagai perumpamaan sederhana.


eni hidup di sebuah pulau dengan banyak teman.
Suatu hari, dia akan pergi ke pulau lain. Di kepalanya, dia menamakan "negeri nun jauh di sana".
Itulah sebuah tekad yg tak terelakkan.
Tak ada yang bisa menghapusnya dari niat dan ingatan.
Kecuali Sang pembolak balik hati

niat bulat. Usaha meningkat. Eni mulai melihat peta perjalanannya, memilih kapal terbaik, berguru pada ahlinya, dan mencari teman yang mau ikut dalam perjalanan panjang.

Yang jadi masalah adalah kapan, ke mana tepatnya, dan dengan siapa.
Pertanyaan terakhir yang jdi perhatian utama saat ini.
Kenapa? Taulah, perjalanan ke sana dan selama di negeri itu berbahaya. Terlalu riskan jika sendirian. Perjalanan ke negeri itu bukan tujuan semata. Ketika sudah sampai sana, ada beban berat yang akan diemban. Sungguh, bukan beban ringan karena dilatarbelakangi untuk membantu menebar cahaya pada negeri itu. Belun lagi banyaknya perangkap syaithan yang dengan mudah mengalihkan niat awalnya.

Tau diri, Eni yang mudah terjatuh butuh teman yang kuat. Ketika jatuh karena ditendang orang tak bertanggung jawab, ada yang bersedia menolongnya untuk berdiri lagi. Itu salah satu yang dibutuhkannya.

Bukan menjadi pekerjaan utama untuk mencari siapa orang yang memenuhi kriteria untuk menjadi teman berpetualang. Dia yakin ketika memang sudah siap berangkat, akan ada orang yang mendatanginya. Dia tidak berniat mencari ke sana kemari, hanya bersiap dan menunggu disamperi. Kapan siap berangkat, itu juga masih jadi misteri. Bahkan apa kriteria teman yang terbaik untuknya, dirinya pun tak mengetahui lebih dari sekedar "yang ideal" menurutnya. Karena yang ideal belum tentu yang terbaik, hanya Tuhan yang tau apa kriteria-kriteria itu sepenuhnya.

19 Januari 2013


Kamis, 03 Januari 2013

Hijab Syar’i dan Fashion: Teman atau Lawan ?


Saya pernah browsing kata “hijab” di suatu search engine. Hasil pencarian cukup mengejutkan, kawan. Sebagian besar link yang muncul adalah mengenai hijab sebagai fashion, seperti tutorial memakai hijab, hijab style, dan toko hijab. Hal yang sama muncul ketika kata kunci diganti dengan “kerudung” atau “jilbab.” Ketika melihat gambar-gambar hasil pencarian, terlihat banyak foto para wanita dengan kerudung bewarna, dari yang syar’i sampai yang tidak, style beragam. Semuanya terlihat menarik. Ketika di dunia nyata, saya sering melihat wanita yang memakai hijab dengan karakteristik seperti yang disebutkan sebelumnya. Hal itu menunjukkan bahwa hijab menjadi suatu fashion, yaitu gaya terbaru atau yang populer pada busana atau tingkah laku. Hal itu sudah terbukti: hijab semakin terkenal, sudah masuk di dunia mode, bahkan gaya-gaya berhijab terus berganti.
Di balik populernya hijab sebagai fashion, sebenarnya apa esensi dari hijab itu sendiri ? Sebenarnya, hijab merupakan kewajiban bagi para wanita yang beragama Islam, atau muslimah. Perintah Allah tersebut dapat dilihat dalam surat al-Ahzab ayat 59 dan an-Nur ayat 31. Surat Al-Ahzab ayat 59 berisi mengenai kewajiban untuk menutup aurat bagi muslimah. Berikut adalah terjemahan isi ayat tersebut.
“Hai Nabi,katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri kaum mukmin: ‘Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.’ Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Sebenarnya jilbab dan hijab adalah benda yang berbeda. Jilbab adalah baju panjang yang  menutupi seluruh tubuh, Jilbab tentunya tidak membentuk tubuh wanita dan tidak transparan. Sedangkan hijab mempunyai makna benda yang menutupi sesuatu. Di tulisan ini, hijab yang dimaksud adalah kerudung sebagai penutup aurat, yaitu rambut wanita. Ada dalil lain mengenai syarat hijab dalam An-Nur ayat 31.
“Katakanlah kepada wanita yang beriman: ‘Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya,…”
Dari ayat tersebut, disebutkan bahwa syarat hijab yang benar atau syar’i adalah menutupi bagian dada. Syarat lain adalah tidak transparan karena arti hijab sendiri adalah penutup. Kalau  masih transparan dan tidak menutupi bagi dada, hijab itu belum berfungsi sebagaimana mestinya.
Lihat kembali contoh pengalaman browsing mengenai hijab. Sangat sedikit website yang membahas esensi hijab, seperti dalil-dalil mengenai kewajiban berhijab, hijab yang syar’i itu seperti apa, ataupun tulisan yang mengkritisi hijab jaman ini. Ketika kita melihat di tempat umum atau jalan-jalan, para wanita berhijab dengan style apapun dapat ditemui. Sayangnya, wanita dengan hijab yang benar-benar hijab tidaklah banyak. Seakan-akan hal mendasar dari hijab itu sendiri justru dilupakan oleh masyarakat luas. Kemungkinan lain adalah banyak orang yang belum tahu mengenai hijab syar’i. Karena alasan itulah, hijab syar’i belum menjadi trend di Indonesia.
Memang pengalaman browsing di internet dan pengamatan sehari-hari tidak dapat menjadi indikator yang pas untuk mengukur tingkat kepedulian masyarakat tentang esensi berhijab, namun hal itu dapat menjadi gambaran secara umum. Setidaknya, kita menjadi tahu bahwa hijab syar’i belum menjadi sesuatu yang masuk dalam daftar hijab fashion di Indonesia. Padahal dunia akan indah jika hijab syar’i menjadi fashion di negeri ini, terlebih lagi jika para wanita paham akan esensi dan menyadari pentingnya memilih hijab syar’i daripada yang bukan.
Kenyataan jaman ini adalah kebanyakan hijab yang populer di Indonesia itu tidak syar’i. Walaupun begitu, bukan berarti hijab-hijab tersebut itu dimusnahkan sama sekali hingga hanya ada hijab syar’i yang cenderung kurang populer. Jika itu terjadi, tidak ada orang yang tertarik memakai hijab sama sekali. Ada satu keuntungan ketika hijab menjadi suatu yang populer walaupun itu tidak syar’i. Dengan populernya hijab, diharapkan banyak orang yang tahu dan tertarik menggunakan hijab. Siapa tahu, hijab fashion itu memotivasi muslimah yang belum berhijab untuk menggunakannya. Mungkin pada awalnya hanya sebatas tertarik untuk memakai tanpa tahu esensi memakainya, tapi itu tidak masalah.
Dengan memakai hijab walau belum syar’i, muslimah yang baru memakai hijab semakin lama akan merasa nyaman dan berpikir bahwa hijab adalah suatu pelindung baginya. Itu terjadi jika dia masih menerima hidayah Allah. Setelah memakai hijab juga, diharapkan mereka akan menyadari apa esensinya, termasuk kewajiban bagi muslimah untuk berhijab dan hijab yang benar itu seperti apa. Ketika sudah paham, dia akan mengubah style berhijab dari yang belum syar’i menjadi hijab yang syar’i. Proses itu tidak lepas dari peran muslimah dengan hijab syar’i dalam memahamkan mereka dan tentu saja hidayah dari Allah. Butuh proses yang bertahap pula karena perubahan menjadi lebih baik tidak seperti membalikkan telapak tangan.
Fashion dapat berkontribusi bagi hijab syar’i menuju popularitasnya, namun usaha untuk mencapai itu tidak mudah. Semoga ada pelopor desainer hijab syar’i yg mempopulerkannya. Ketika semakin banyak desainer hijab syar’i, hijab yang benar pun jadi populer. Dengan populernya hijab syar’i, semakin banyak muslimah yang ingin berhijab dengan syar’i. Itu menjadi bukti bahwa hijab syar’i tidak selalu menjadi lawan dari fashion karena hijab syar’i sendiri dapat menjadi fashion. Dunia akan indah ketika muslimah di seluruh dunia dapat mengikuti fashion tanpa harus mengabaikan hal yang syar’i.





Referensi: