Tau rasanya dihantam pakai batu bata ? sakit kan…
Anggap saja intimidasi adalah hantaman batu bata itu. Suatu
saat, ada orang yang berniat baik memberikan motivasi, tapi sayangnya dia
memotivasiku dengan cara yang kurang tepat. Mungkin dia yang tidak terlalu
mengenalku atau bisa jadi memang tidak pernah memikirkan perasaan orang lain,
jadi merasa biasa saja ketika memotivasi dengan cara yang menurutku
mengintimidasi.
Ketika mengingat perkataan yang diklaimnya sebagai motivasi,
sejujurnya aku setuju dengan apa yang dikatakannya, tapi di sisi lain rasanya…
sengit tenan, dongkol, males ngadepin dia. Intimidasi tetap lah intimidasi,
menyakitkan, seperti dihantam batu bata, jauh lebih sakit dibandingkan dihantam
kapas dengan berat dan kekuatan yang sama dengan hantaman batu bata. Hantaman
itu membuatku lemah, enggan berhadapan dengan sumber hantaman itu.
Aku pun berpikir, rasanya ada yang salah. Semestinya aku
harus lebih kuat.
Kontemplasi singkat.. Ternyata Allah memberiku petunjuk. Aku
mendapatkan pelajaran:
1 1. Dalam hidup ini pasti ada orang yang zholim,
tidak ada manusia yang Maha adil. Pasti ada orang yang berkata-kata tanpa
memikirkan kondisi lawan bicaranya, tidak empati, semaunya saja menggunakan
mulut.
2 2. Yang jadi persoalan adalah bagaimana caranya aku
bisa menangkis hantaman, bukan menjauhi sumber hantaman karena hantaman pasti
selalu ada. Menjadikan hati lebih kuat menghadapi orang yang berbicara
semaunya, sementara kebiasaan bicara semaunya sulit dihilangkan dari diri orang
lain dan itu sulit dijauhi.
3 3. Solusi utama adalah minta pada Allah untuk
menguatkan hati. Hati yang kuat membuat kita mampu menangkis hantaman, dibantu
dengan pengalaman empiris. Hati yang kuat juga membuat diri mampu berpikir
jernih, sehingga bisa mengambil hal positif dari sebuah intimidasi. Perilaku
pun juga membaik akhirnya.
Lain kali, ketika hantaman serupa datang, aku akan
menghadapinya dengan tenang dan berpikir positif, insya Allah. Motivasi dalam
intimidasi akan aku ambil, walaupun intimidasi akan aku lupakan.
Kalau ada yang menghantam dengan mengatakan “keluar dari
zona nyamanmu !”. Aku akan menanggapi, “Ya, aku akan melakukannya, tapi
sekarang bukan waktu yang tepat.” Masih ada hantaman lain yang lebih penting
untuk diurus. Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan seperti kesibukan dan kesiapan hati. Akan berbahaya
kalau aku memaksakan diri untuk keluar dari zona nyaman sementara ada tugas
lain yang lebih penting untuk diselesaikan dan hati belum siap. Aku yang lebih
mengenal diriku, Allah yang paling mengenal diriku. Aku yang lebih tahu dan
berhak mengatur diriku tentang kapan aku akan keluar dari zona nyaman,
dibandingkan manusia lain.
Memang, manusia bukan yang Maha adil, pasti pernah berbuat
zholim.
Semoga Allah mengampuni yang berbuat zholim dan akhirnya
kita semua bisa mengambil pelajaran dari kesalahan yang telah diperbuat.
0 komentar:
Posting Komentar