Jumat, 05 September 2014

Hikmah dalam Hantaman, Pelajaran dalam Intimidasi



Tau rasanya dihantam pakai batu bata ? sakit kan…
Anggap saja intimidasi adalah hantaman batu bata itu. Suatu saat, ada orang yang berniat baik memberikan motivasi, tapi sayangnya dia memotivasiku dengan cara yang kurang tepat. Mungkin dia yang tidak terlalu mengenalku atau bisa jadi memang tidak pernah memikirkan perasaan orang lain, jadi merasa biasa saja ketika memotivasi dengan cara yang menurutku mengintimidasi.

Ketika mengingat perkataan yang diklaimnya sebagai motivasi, sejujurnya aku setuju dengan apa yang dikatakannya, tapi di sisi lain rasanya… sengit tenan, dongkol, males ngadepin dia. Intimidasi tetap lah intimidasi, menyakitkan, seperti dihantam batu bata, jauh lebih sakit dibandingkan dihantam kapas dengan berat dan kekuatan yang sama dengan hantaman batu bata. Hantaman itu membuatku lemah, enggan berhadapan dengan sumber hantaman itu.

Aku pun berpikir, rasanya ada yang salah. Semestinya aku harus lebih kuat.
Kontemplasi singkat.. Ternyata Allah memberiku petunjuk. Aku mendapatkan pelajaran:
1    1. Dalam hidup ini pasti ada orang yang zholim, tidak ada manusia yang Maha adil. Pasti ada orang yang berkata-kata tanpa memikirkan kondisi lawan bicaranya, tidak empati, semaunya saja menggunakan mulut.
2   2. Yang jadi persoalan adalah bagaimana caranya aku bisa menangkis hantaman, bukan menjauhi sumber hantaman karena hantaman pasti selalu ada. Menjadikan hati lebih kuat menghadapi orang yang berbicara semaunya, sementara kebiasaan bicara semaunya sulit dihilangkan dari diri orang lain dan itu sulit dijauhi.
3   3. Solusi utama adalah minta pada Allah untuk menguatkan hati. Hati yang kuat membuat kita mampu menangkis hantaman, dibantu dengan pengalaman empiris. Hati yang kuat juga membuat diri mampu berpikir jernih, sehingga bisa mengambil hal positif dari sebuah intimidasi. Perilaku pun juga membaik akhirnya.

Lain kali, ketika hantaman serupa datang, aku akan menghadapinya dengan tenang dan berpikir positif, insya Allah. Motivasi dalam intimidasi akan aku ambil, walaupun intimidasi akan aku lupakan.

Kalau ada yang menghantam dengan mengatakan “keluar dari zona nyamanmu !”. Aku akan menanggapi, “Ya, aku akan melakukannya, tapi sekarang bukan waktu yang tepat.” Masih ada hantaman lain yang lebih penting untuk diurus. Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan seperti  kesibukan dan kesiapan hati. Akan berbahaya kalau aku memaksakan diri untuk keluar dari zona nyaman sementara ada tugas lain yang lebih penting untuk diselesaikan dan hati belum siap. Aku yang lebih mengenal diriku, Allah yang paling mengenal diriku. Aku yang lebih tahu dan berhak mengatur diriku tentang kapan aku akan keluar dari zona nyaman, dibandingkan manusia lain.

Memang, manusia bukan yang Maha adil, pasti pernah berbuat zholim.

Semoga Allah mengampuni yang berbuat zholim dan akhirnya kita semua bisa mengambil pelajaran dari kesalahan yang telah diperbuat.


0 komentar: