Hei kawan, pernahkah kita bertanya pada diri sendiri soal
ini: Apa tujuan akhir dalam hidupku ? Apa yang melatar belakangi itu ?
Bagaimana cara mencapai tujuan itu ?
Kalau pandanganku, seperti ini nih. Sebagai muslim, tujuan
akhirku berhubungan dengan Tuhan semesta alam, yaitu Allah. Mau mencari ridho,
membuat Allah seneng, tuk beribadah pada Allah, atau lainnya yang artinya
kurang lebih sama. Hal yang melatarbelakangi tentunya adalah “karena Allah.”
Cara mencapai tujuan itu adalah mengikuti petunjuk Allah yang terdapat dalam
Al-Qur’an sebagai wahyu Nya. Btw, itu adalah pandangan ideal, aku sendiri
merasa belum berpandangan seperti itu sepenuhnya, tapi mencoba menjadi seperti
itu.
Kenapa tujuan akhir berhubungan dengan Allah ? Karena Dia
yang Maha kekal. Kalau tujuan akhir berupa hal-hal material atau lainnya yang
bersifat sementara di dunia dan kita berhasil mencapainya, yakin deh...
kebahagiaan yang manusia alami juga bersifat sementara walaupun meluap-luap.
Logis kan ?
Kalau tujuannya berhubungan dengan Allah, pasti latar
belakangnya juga berhubungan dengan Allah. Kita sebagai manusia mempunyai
“hutang” pada Allah karena Dia menjadikan manusia makhluk sempurna sedemikian
rupa. Mulai dari menjadikan manusia yang belum berwujud hingga berwujud seperti
ini, memberikan segala hal termasuk rejeki dalam bentuk apapun, memberlakukan
aturan yang terbaik untuk manusia, bahkan jauh sebelum itu ada sejarah yang
mungkin ga banyak orang tau. Sebelum ruh manusia berada dalam janin, tiap ruh
ditanyakan oleh-Nya “Bukan Aku ini Tuhanmu ?” mereka (para ruh) menjawab:
“Betul (Engkau Tuhan kami, kami bersaksi)” (Al-A’raf: 172.) Dari awalnya, tiap
manusia sudah berjanji seperti itu, ga heran bayi selalu terlahir dalam keadaan
suci dari dosa.
Untuk mencapai tujuan akhir, diperlukan petunjuk. Itulah
Al-qur’an. Kenapa Al-qur’an ? itu adalah wahyu dari Allah yang mengetahui
segalanya. Al-qur’an sejak diturunkan melalui nabi Muhammad Sallahu ‘alaihi
wassalam sampai sekarang masih orginal dari Allah, bahkan berlaku hingga hari
kiamat. Al-qur’an mengandung semuanya dari Allah, pedoman hidup manusia yang
meliputi aturan, larangan, ilmu, petunjuk, dll. Ada banyak dan aku belum tau
semuanya.
Kalau hidup ga dibimbing wahyu, akibatnya bisa fatal.
Analoginya seperti ini. Mau pergi dari Jakarta ke Leiden bagi yang belum tau
arahnya, perlu petunjuk ke sana. Entah peta, tanya-tanya orang, browsing di
internet, apapun caranya biar sampai. Kita pati bakal butuh bimbingan, ga
mungkin mengandalkan diri kita sendiri. Kalau cuma mengandalkan diri sendiri,
peluang tersesat bakal lebih gedhe.
Yang perlu diperhatikan adalah petunjuk bisa bener, tapi
bisa salah. Kalau peta, bisa aja ada simbol-simbol yang salah. Kalau tanya
orang, bisa aja orangnya nipu atau kurang tau. Browsing di internet pun juga
belum tentu menghasilkan informasi yang detail. Semua itu buatan manusia. Aku
ga bisa membuat analogi sempurna karrna Al-qur’an mencakup semuanya. Kalau
dikembalikan ke analogi tadi, Al-qur’an bagaikan peta yang benar, orang yang
tau & jujur, sarana browsing yang paling komplit. Kembalikan pada asalnya,
Allah yang Maha tahu.
Allah dah kasih kita petunjuk. Kalau kita ga mau ikut
petunjuk itu, ga ngerti arah hidup manusia itu ke mana. Itu yang terjadi pada
kaum sekularis. Mereka punya tujuan membangun negara yang maju, secara
implisit, mereka bilang ga perlu bimbingan wahyu. Yakin maju ? Emang kriteria
maju tuh apa sih ? Maju itu mau maju ke mana ? Oke lah, kalau mau bilang maju
itu banyak bangunan, transportasi umum lancar, banyak orang kaya, budaya
dilestarikan, anak-anak ditargetkan untuk berprestasi di bidang masing-masing,
dll. Emang kriteria itu berlaku sampai 20-50 tahun kemudian ? Jaman berubah
juga. Kalau hanya mengandalkan studi futuristik, itu ga cukup karena pasti ada
error dalam tiap studi. Ingat, otak manusia yang luar biasa ini tetap mempunyai
batas.
Beda kalau orang-orang mau mengikuti wahyu dari Allah
(Al-qur’an). Tujuan hidup manusia adalah beribadah pada Rabbnya karena itulah
tujuan Allah menciptakan jin dan manusia (Adz-Dzariyaat: 56). Segala aturan,
arahan yang mencakup segala aspek kehidupan tersedia di sana. Mungkin ada yang
merasa tertekan, ga bebas, atau terlalu diatur. Negara Madinah di mana ada
berbagai kaum dengan berbagai agama hidup di situ, dipimpin Rasulullah Muhammad
Sallahu ‘alaihi wassalam, damai dan sejahtera. Bisa seperti itu karena negara
Madinah saat itu dipimpin oleh orang yang mengambil wahyu sebagai jalan
hidupnya dan menerapkannya dalam kehidupan bernegara.
Pada intinya, tujuan akhir yang dikaitkan dengan yang abadi,
Allah, dilatarbelakangi karena-Nya, dan dengan cara-cara berdasarkan wahyu,
insyaAllah bisa bahagia hidup di dunia dan di kehidupan setelah mati.
Ini yang aku yakini, gimana dengan keyakinanmu ?
*Sekularis. Sekuler berasal dari bahasa latin: Saeculum yang artinya
sekarang/kini di dunia. Berarti, hanya memikirkan yang ada di dunia saat ini,
menghilangkan simbol-simbol selain dunia, yaitu kehidupan akhirat.
Terinspirasi dari buku "Islam dan Sekularisme" karya Prof.
Muhammad Naquib Al-Attas.
0 komentar:
Posting Komentar