Kamis, 09 Mei 2013

Korban Perang Pemikiran ? No way !


Ada yang berpendapat kalau Humanisme itu aliran filsafat/psikologi yang terkeren ? Ada yang sepenuhnya setuju dengan behaviorisme, kalau manusia bertingkah laku karena stimulus dari luar dirinya ? Ada yang setuju kalau ilmu itu harus didapetin dari penelitian empiris (harus ada variabel sebagai bukti yang terukur) ?

Hati-hati dalam menjawab pertanyaan itu, walaupun aku mengakui kalau teori-teori yang dicetuskan oleh ilmuwan Barat itu keren, bermanfaat, aplikatif. Tapi, bukan yang terkeren karena ada cacatnya. Salah satu cacatnya adalah makna ilmu dipersempit jadi suatu yang terindera, dapat dirasakan, atau terukur. Hal metafisik (di luar jangkauan manusia), seperti hal-hal ghoib, diabaikan atau bahkan tidak diakui.  Konsep ilmu dalam Islam tentu mencakupi fisik dan metafisik. Sebagai muslim, kita meyakini Islam sebagai sistem yang sudah sempurna kan.

Sayangnya, justru pengetahuan-pengetahuan Barat lah yang menjadi trend saat ini. Banyak orang yang terjebak (walaupun banyak juga yang tidak merasa), termasuk muslim. Ingat hadits ini ?
Bahkan jika mereka masuk dalam liang biawak pun, orang Islam tanpa pikir panjang akan mengikutinya (hadits Sahih Muslim No. 2002, dalam buku Dilema Psikolog Muslim karya Dr. Malik Badri)

Aku mau menjelaskan apa resiko kalau kita, muslim, benar-benar mengikuti pemikiran Barat tanpa pikir panjang atau tanpa adaptasi.

1.       Barat itu labil. Bersyukurlah kita, Islam mengajarkan kita untuk mengikuti Al-qur’an sebagai wahyu dari Allah. Percaya deh. Apa yang dibilang Allah adalah yang paling reliable (selalu konsisten, berlaku di berbagai jaman) dan valid (berlaku di mana aja). Kalau kita selalu mengikuti pemikiran Barat yang labil itu tanpa adaptasi, rugi deh.

2.       Muslim bakal makin jauh dari Allah karena sekulerisme berusaha menjauhkan agama dari aspek kehidupan sosial. Arti sekuler menurut Max Weber (dalam buku Islam dan Sekularisme karya Prof. Al Attas) adalah pembebasan alam dari unsur-unsur yang sakral, penghapusan otoritas agama dari politik, dan menjadikan semua sistem budaya dan nilai sebagai sesuatu yang relatif. Menurut pandangan sekuler, alam itu terlihat apa adanya, tanpa memikirkan siapa dibalik alam yang indah itu. Sistem nilai bahkan dianggap relatif, jadi nilai-nilai agama bisa diubah juga. Kalau kita ikuti itu, kita makin jauh dari islam, lalu dunia akan dikuasai oleh orang-orang yang tidak memahami Islam, akhirnya makin kacau. Mungkin kekacauan tidak terlihat kasat mata, tapi pikiran yang peka akan melihatnya.  

Aku harap kita semua tidak ada yang rela menjadi pengikut setia Barat. Aku hanya bisa memberi peringatan berupa saran. Pertama, pahami Islam secara lebih mendalam. Dengan begitu, kita tahu mana yang benar dan yang salah. Perlu juga pelajari ilmu-ilmu barat supaya tahu karakteristik pemikiran Barat, tahu bagus jeleknya, akhirnya bisa memakai bagusnya dan menghindari jeleknya. Kedua, tetap istiqomah untuk mempertahankan nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari. Kita tidak perlu melabelkan semua ilmu dengan kata “Islam” karena labelisasi konsep tidak menjamin adanya Islamisasi di dalamnya. Ketiga, yang terpenting adalah kritis terhadap pemikiran Barat. Maksud dari kritis adalah tidak menolak atau menerima mentah-mentah. Tidak semua pemikiran Barat bertentangan dengan Islam karena sebagian justru bermanfaat dalam kehidupan kita sebagai muslim termasuk dalam dakwah. Jangan juga diterima tanpa adaptasi karena bisa terjebak pada  resiko-resiko yang aku sebutkan sebelumnya. Pahami, lalu saring berdasarkan value yang kita punyai, yaitu Islam.

Aku semakin yakin saat ada dosen kita yang bilang kurang lebih seperti ini, “Mohon maaf ya. Teori-teori barat itu, kalau kita ikuti dalam jangka panjang, bakal ada masalah.” Itu terjadi saat membahas keluarga dengan anak adopsi, mata kuliat psikologi keluarga. Beliau beberapa kali bilang kalau dalam Islam, konsep adopsi itu ga ada. Yang ada adalah menyantuni anak miskin dan yatim.

Itu pengalaman yang cukup membangunkan pikiran, mengaktivasi kembali pemikiran kritis terhadap Barat.

Sekali lagi, jangan mau jadi korban perang pemikiran. Pihak Barat pengen pemikirannya dicontoh banyak orang, cari teman sebanyak-banyaknya. Memang, serangan pemikiran selalu ada, tapi kita jangan mau jadi korban perang pemikiran ya...

1 komentar:

linoharsih_k mengatakan...

halo rizka, salam kenal, lino dari UPI bandung. nice blog...byk ilmu baru. suka baca buku SMN al-Attas jg ya? :D