Sabtu, 10 Oktober 2015

Jembatan: Tugas Psikolog Muslim

Kita dengan mudah mengatakan "jangan marah", "jangan sedih", "yang sabar yaa", "ga boleh su'udzhon". Itu nilai-nilai ideal dalam Islam. Namun, dalam konseling ternyata tidak semudah mengucapkan kalimat-kalimat nasihat itu.

Tugas psikolog muslim bagaikan jembatan penghubung antara nilai-nilai ideal dan kondisi real manusia. Banyak yg harus dipertimbangkan: seberapa dekat posisi psikolog dengan Allah, begitu juga klien, sudah siapkah dia mengenali penyakit-penyakit jiwanya, seberapa besar dia ingin berubah, dsb. Itu yang jadi bahan pertimbangan bagaimana klien akan diperlakukan. Terlalu cepat memaksa klien menarik ke arah nilai ideal bisa jadi menyiksa. Membiarkannya jauh dari ujung nilai ideal, atau tidak memberikan nasihat  apapun juga bisa membuatnya bingung. Perlu menempatkan segalanya di tempat yang tepat..

Ada pendekatan-pendekatan yang sepintas mungkin terlihat tidak Islami.. Seperti humanistik yg membiarkan emosi meluap-luap dgn tujuan klien mengenali apa masalah dalam dirinya melalui emosi, psikodinamika yang berusaha melihat masalah tersembunyi namun disimpan sekian lama dan tidak disadari keberadaannya, CBT yang seperti mengagung-agungkan akal, transpersonal yang terkesan merangkul semua agama tapi memfasilitasi sisi spiritualitas manusia.

Ingat, manusia di samping punya jiwa yang merindukan Allah, juga punya kognisi, emosi, bahkan perilaku yang terobservasi. Tidak ada pendekatan yg sempurna, tapi masing-masing bisa berfungsi sebagai tangga pertama bagi klien utk menaiki jembatan asal digunakan secara tepat. Bisa tepat dengan mempertimbangkan kondisi klien, apa yang dibutuhkan, bagaimana dia bisa didekati. Kalau saja dari awal psikolog sudah terburu2 menarik klien utk pergi ke ujung jembatan tempat nilai ideal, bisa2 muncul reaksi berontak, tertekan, tdk nyaman, akhirnya enggan untuk membuka diri dan masalahnya tidak selesai.

Memang berat.. Mana ada membangun jembatan bisa selesai dalam sehari ?  Membuat blueprintnya saja saya masih bingung. Ya, berat kalau hanya mengandalkan kekuatan manusia. Semoga Allah membimbing dan menjadikan psikolog muslim bagaikan jembatan yang baik: semakin mendekat ke Allah, semakin mengenal kondisi manusia.