Sabtu, 28 Juni 2014

Fokus Riz.. Fokus !

Marhaban Ya Ramadhan !

Semoga kita bisa mengisi Ramadhan ini untuk memperbaiki diri, kawan.. Ambil hikmah semua kejadian yang menimpa. Nah, kali ini aku mau cerita kejadian yang ‘ajib di malam pertama Ramadhan. Kenapa sampai aku bilang ‘ajib alias menakjubkan ? Simak cerita berikut..

Sudah dengar pengumuman bahwa besok adalah 1 Ramadhan, berarti malem ini sudah mulai sholat tarawih. Aku sengaja sholat di MUI. Seperti biasa, di awal Ramadhan masjid masih penuh. Masih semangat-semangatnya nih (harapannya tiap orang punya semangat yang konsisten untuk seterusnya). Saking semangatnya, anak-anak juga ikut orang tuanya ke masjid.

Mereka bertaburan di masjid. Posisiku aja berdekatan dengan mereka. Di depan ada seorang ibu dengan 2 anak perempuan yang banyak geraknya, di sebelah kiri juga ada ibu dengan satu anak perempuan dan satu anak laki-laki.

Kejadian yang ‘ajib ini dimulai ketika sholat ‘isya. Pengennya kalau sholat bisa khusyu’, tapi ternyata Allah mengujiku dengan terlihatnya setitik cairan coklat tua di tempat sholatku. Perhatianku sempat teralihkan, konsentrasi saat sholat buyar, tapi aku tetap berusaha mengembalikan perhatianku pada-Nya. Cairan itu aku lupakan, lalu ternyata stimulus serupa muncul melalui indera lain. Kali ini bukan lewat mata, namun lewat hidung. Pas sujud, aku mencium aroma permen kopi. Hummmm. Harumnya. Untungnya ini ga terlalu mengganggu. Lebih baik daripada sujud di alas yang bau apek.

Selesai sholat, aku baru bisa menghilangkan pemandangan yang mengganggu itu. Minta tisu pada ibu di sebelahku, lalu aku bersihkan. Ibu itu juga bilang, “Ngilangin permen kopi ya ?”

Aku jawab “Ya”

“Di tempat lain juga banyak tuh. Tadi ada anak-anak main, mungkin permennya jatuh.”

Baiklah. Jadi ini ulah anak-anak. Kumaklumi.

Sholat berjalan normal, ga ada masalah sampai sholat witir. Kejadian ‘ajib muncul lagi saat sholat witir. Dua anak perempuan di depanku mulai berulah. Lari-lari memotong shof sholat, termasuk punyaku. Salah satu dari mereka narik-narik mukena ibu-nya, terus dibawa muter mengelilingi beliau. Sempet kejar-kejaran sambil muterin ibunya. Parahnya, salah satu anak itu ga sengaja menginjak susu kotak yang ada di dekat ibunya.

“Craaat,” andaikan telingaku bisa mendengar pemandangan itu, suaranya air susu yang muncrat mungkin akan seperti itu. Dengan cepat air itu membasahi tas mukena milik orang lain yang sholat di sebelahku.
Sudah deh. Konsentrasiku buyar. Buktinya, aku masih ingat kejadian itu dan bisa menggambarkan dengan jelas melalui tulisan ini. Apalagi aku risih lihat air tumpah. Kalau ada air tumpah di kamar, biasanya langsung aku lap. Sayangnya, aku ga bisa melakukan itu karena sedang sholat.

“Riz.. fokus Riz. Balik ke sholat. Ayo, berusaha khusyu’”

Ah.. itu pasti si hati sudah mulai mengingatkan. Tapi rasanya susah sekali bagi si akal untuk memusatkan perhatian kembali pada aktivitas sholat. Pemandangan barusan benar-benar membekas, apalagi mereka masih melanjutkan aktivitas mereka.

Wajar sih, masa anak-anak memang lagi banyak gerak. Inget mata kuliah psikologi perkembangan. Tahap early childhood itu anak sedang mengembangkan gross motor skill, atau keterampilan motorik kasar. Wajar saja mereka banyak berlari. Aku maklum dengan itu. Di sisi lain, aku lihat ibu dengan dua anak di sebelahku. Salah satu anaknya sholat dengan cukup tertib. Ga buat masalah. Aku ga tau apa persisnya yang membuat perbedaan perilaku anak. Bisa karena cara orang tua mendidik anak, lingkungan di rumah, atau dari karakter anak itu sendiri.

Dari kejadian ‘ajib itu, aku bisa mengambil dua hikmah:
1.     1. Ini beneran ujian dari Allah. Dia menguji kekhusyu’an sholatku. Lain kali, aku harus tetap mempertahankan kekhusyu’an sholat dengan memilah dan memilih stimulus dari luar, mana yang perlu diperhatikan, mana yang harus diabaikan. Yang perlu diperhatikan contohnya seperti Rasulullah Sallahu ‘alahi Wassalaam yang memperlama sujud ketika cucu beliau duduk di punggung. Kalau dianggap ga penting, bisa saja beliau bangkit dari sujud sementara cucunya jatuh. Sementara stimulus yang seharusnya diabaikan adalah kejadian yang aku alami sebelumnya. Serius, kalau dipikir-pikir ga penting banget memikirkan susu tumpah saat sholat. Kejadian itu bisa diatasi setelah sholat selesai.
2.     2. Hikmah lain adalah gimana caranya bisa mendidik anak untuk menempatkan sesuatu pada tempatnya. Aku tau, anak kecil butuh banyak gerak untuk mengembangkan gross motor skill, tapi ada waktu dan tempatnya untuk melakukan banyak gerakan itu. Setting masjid dan sholat jama’ah tarawih bukan tempat yang tepat untuk banyak bergerak. Jadi, ajari anak dengan sabar untuk jangan lari-lari di masjid terutama ketika orang-orang lain sedang sholat. Kalau mau lari-lari, nanti di luar masjid setelah sholat jama’ah sudah selesai. Tentu proses mendidik seperti ini, mengajari anak menempatkan sesuatu pada tempatnya, bukan proses yang instan. Orang tua harus sabar yang jelas. Sabar dalam arti bukan pasrah, terserah mau ngapain, tapi berusaha dengan pantang menyerah tanpa perlu marah-marah dalam menasihati anak dan optimis akan ada perubahan yang lebih baik.


Begitulah Allah mengajariku melalui dua kejadian ‘ajib malam ini. Semoga kawan-kawan pembaca juga bisa mendapatkan hikmah setelah membacanya : )

0 komentar: