Marhaban Ya Ramadhan !
Semoga kita bisa mengisi Ramadhan ini untuk memperbaiki
diri, kawan.. Ambil hikmah semua kejadian yang menimpa. Nah, kali ini aku mau
cerita kejadian yang ‘ajib di malam pertama Ramadhan. Kenapa sampai aku bilang
‘ajib alias menakjubkan ? Simak cerita berikut..
Sudah dengar pengumuman bahwa besok adalah 1 Ramadhan,
berarti malem ini sudah mulai sholat tarawih. Aku sengaja sholat di MUI.
Seperti biasa, di awal Ramadhan masjid masih penuh. Masih semangat-semangatnya
nih (harapannya tiap orang punya semangat yang konsisten untuk seterusnya).
Saking semangatnya, anak-anak juga ikut orang tuanya ke masjid.
Mereka bertaburan di masjid. Posisiku aja berdekatan dengan
mereka. Di depan ada seorang ibu dengan 2 anak perempuan yang banyak geraknya,
di sebelah kiri juga ada ibu dengan satu anak perempuan dan satu anak
laki-laki.
Kejadian yang ‘ajib ini dimulai ketika sholat ‘isya.
Pengennya kalau sholat bisa khusyu’, tapi ternyata Allah mengujiku dengan
terlihatnya setitik cairan coklat tua di tempat sholatku. Perhatianku sempat
teralihkan, konsentrasi saat sholat buyar, tapi aku tetap berusaha
mengembalikan perhatianku pada-Nya. Cairan itu aku lupakan, lalu ternyata
stimulus serupa muncul melalui indera lain. Kali ini bukan lewat mata, namun
lewat hidung. Pas sujud, aku mencium aroma permen kopi. Hummmm. Harumnya.
Untungnya ini ga terlalu mengganggu. Lebih baik daripada sujud di alas yang bau
apek.
Selesai sholat, aku baru bisa menghilangkan pemandangan yang
mengganggu itu. Minta tisu pada ibu di sebelahku, lalu aku bersihkan. Ibu itu
juga bilang, “Ngilangin permen kopi ya ?”
Aku jawab “Ya”
“Di tempat lain juga banyak tuh. Tadi ada anak-anak main,
mungkin permennya jatuh.”
Baiklah. Jadi ini ulah anak-anak. Kumaklumi.
Sholat berjalan normal, ga ada masalah sampai sholat witir.
Kejadian ‘ajib muncul lagi saat sholat witir. Dua anak perempuan di depanku
mulai berulah. Lari-lari memotong shof sholat, termasuk punyaku. Salah satu
dari mereka narik-narik mukena ibu-nya, terus dibawa muter mengelilingi beliau.
Sempet kejar-kejaran sambil muterin ibunya. Parahnya, salah satu anak itu ga
sengaja menginjak susu kotak yang ada di dekat ibunya.
“Craaat,” andaikan telingaku bisa mendengar pemandangan itu,
suaranya air susu yang muncrat mungkin akan seperti itu. Dengan cepat air itu
membasahi tas mukena milik orang lain yang sholat di sebelahku.
Sudah deh. Konsentrasiku buyar. Buktinya, aku masih ingat
kejadian itu dan bisa menggambarkan dengan jelas melalui tulisan ini. Apalagi
aku risih lihat air tumpah. Kalau ada air tumpah di kamar, biasanya langsung
aku lap. Sayangnya, aku ga bisa melakukan itu karena sedang sholat.
“Riz.. fokus Riz. Balik ke sholat. Ayo, berusaha khusyu’”
Ah.. itu pasti si hati sudah mulai mengingatkan. Tapi
rasanya susah sekali bagi si akal untuk memusatkan perhatian kembali pada
aktivitas sholat. Pemandangan barusan benar-benar membekas, apalagi mereka
masih melanjutkan aktivitas mereka.
Wajar sih, masa anak-anak memang lagi banyak gerak. Inget
mata kuliah psikologi perkembangan. Tahap early childhood itu anak sedang
mengembangkan gross motor skill, atau
keterampilan motorik kasar. Wajar saja mereka banyak berlari. Aku maklum dengan
itu. Di sisi lain, aku lihat ibu dengan dua anak di sebelahku. Salah satu
anaknya sholat dengan cukup tertib. Ga buat masalah. Aku ga tau apa persisnya
yang membuat perbedaan perilaku anak. Bisa karena cara orang tua mendidik anak,
lingkungan di rumah, atau dari karakter anak itu sendiri.
Dari kejadian ‘ajib itu, aku bisa mengambil dua hikmah:
1. 1. Ini beneran ujian dari Allah. Dia menguji
kekhusyu’an sholatku. Lain kali, aku harus tetap mempertahankan kekhusyu’an
sholat dengan memilah dan memilih stimulus dari luar, mana yang perlu
diperhatikan, mana yang harus diabaikan. Yang perlu diperhatikan contohnya
seperti Rasulullah Sallahu ‘alahi Wassalaam yang memperlama sujud ketika cucu
beliau duduk di punggung. Kalau dianggap ga penting, bisa saja beliau bangkit
dari sujud sementara cucunya jatuh. Sementara stimulus yang seharusnya
diabaikan adalah kejadian yang aku alami sebelumnya. Serius, kalau
dipikir-pikir ga penting banget memikirkan susu tumpah saat sholat. Kejadian
itu bisa diatasi setelah sholat selesai.
2. 2. Hikmah lain adalah gimana caranya bisa mendidik
anak untuk menempatkan sesuatu pada tempatnya. Aku tau, anak kecil butuh banyak
gerak untuk mengembangkan gross motor
skill, tapi ada waktu dan tempatnya untuk melakukan banyak gerakan itu.
Setting masjid dan sholat jama’ah tarawih bukan tempat yang tepat untuk banyak
bergerak. Jadi, ajari anak dengan sabar untuk jangan lari-lari di masjid
terutama ketika orang-orang lain sedang sholat. Kalau mau lari-lari, nanti di
luar masjid setelah sholat jama’ah sudah selesai. Tentu proses mendidik seperti
ini, mengajari anak menempatkan sesuatu pada tempatnya, bukan proses yang
instan. Orang tua harus sabar yang jelas. Sabar dalam arti bukan pasrah,
terserah mau ngapain, tapi berusaha dengan pantang menyerah tanpa perlu
marah-marah dalam menasihati anak dan optimis akan ada perubahan yang lebih
baik.
Begitulah Allah mengajariku melalui dua kejadian ‘ajib malam
ini. Semoga kawan-kawan pembaca juga bisa mendapatkan hikmah setelah membacanya
: )
0 komentar:
Posting Komentar