Jumat, 21 Desember 2012
Tujuan dan Petunjuk
Diposting oleh RIZKA di 21.26 0 komentar
Minggu, 30 September 2012
Bingung
Aku hanya bingung, ketika melihat banyak pemuda pemudi saling memadu kasih secara terang-terangan dan berlebihan. Padahal ga ada yang menjamin mereka saling mencintai selamanya. Kalau dah putus, ada yang nangis, mau balik lagi, atau cari yang lain. Emang ga bisa sabar buat mencintai dalam diam untuk sementara?
Aku bingung ketika ada wanita yang dengan senang hati mengumbar auratnya, sementara banyak kasus pelecehan yang rawan bagi semua wanita.
Bingung mendengar orang berkata kotor, padahal berkata kotor itu ga menyelesaikan masalah, bahkan bisa membawa masalah. Emang kalau dah misuh, bakal puas ? Serius, kasian anak-anak dari para misuhers. Mereka bakal mencetak generasi pengumpat !
Bingung saja, ketika ada orang yang berprasangka terhadap sesuatu, tapi ternyata prasangka itu jauh dari kenyataan. Sangat-sangat jauh. Disuruh klarifikasi, males. Asumsi terus tanpa data berupa fakta yang memadai.
Bingung, ketika melihat ada orang menghambur-hamburkan harta untuk sesuatu yang sebenernya ga perlu. Kalau bosen sama benda itu, cari lagi yang lain. Kalau ada yang baru, terobsesi untuk beli.
Bingung kali... Melihat status-status ga bermutu yang berisi kegalauan ga bermakna atau ambigu. Kalau dah pasang status galau, trus mau apa ? cari jumlah like sebanyak-banyaknya ?
Bingung, ada orang yang mempermainkan agama. Pindah agama cuma gara-gara cinta. Kalau cintanya ganti, agamanya juga ganti. Trus, agama bagi orang seperti itu berfungsi buat apa ?
Lagi-lagi bingung... Banyak orang merokok di tempat umum. Dah ganggu orang di sekitar, termasuk aku yang asmatik, ganggu diri sendiri juga. Padahal resiko penyakit dari merokok tuh ga kecil.
Bingung ketika ada mahasiswa/i yang seneng banget titip absen & bolos. Padahal uang masuk kuliah tuh mahal cuy dan banyak yang ga bisa kuliah gara-gara biaya mahal. Kalau titip absen, bisa ikut ujian. Emang bisa ya ? ga ikut belajar di kelas, bakal bisa jawab soal-soal ujian ? Atau nyontek ? Kalau nyontek, bisa lulus. He ? Ada ya, universitas yang mau meluluskan orang seperti itu ? mboh lah...
Masih ada bingung-bingung yang lain, tapi ga mungkin aku tulis satu per satu di sini.
Aku makin bingung ketika ada yang bilang, "kenapa yang begituan harus dibingungkan"
Lebih bingung lagi kalau diri kita melakukan apa yang kita bingungkan.
Aku memang seorang pembingung sekaligus pemikir. Ga berharap bingung itu hilang. Jangan sampai bingung itu hilang.
Tetaplah bersyukur, bagi kalian yang masih bisa bingung dan berusaha memecahkan kebingunan itu.
Bersyukur lagi ketika ada orang yang berbaik hati menjawab kebingungan-kebingunganku, sehingga aku paham.
Diposting oleh RIZKA di 01.00 0 komentar
Label: my experience, social
Selasa, 18 September 2012
Singkat, Padat, Jelas: Pembicaraan tentang Krudung
Diposting oleh RIZKA di 17.56 0 komentar
Jumat, 17 Agustus 2012
Merdeka ! (?)
Diposting oleh RIZKA di 22.22 0 komentar
Kamis, 28 Juni 2012
BangJo !
Diposting oleh RIZKA di 23.39 1 komentar
Label: my experience
Selasa, 12 Juni 2012
Wanita Sukses
Diposting oleh RIZKA di 23.37 2 komentar
Label: karya2 sastraku, science
Selasa, 10 April 2012
Rela diserang Bertubi-tubi: Terjebak di dunia lain
Ini memang pengalaman pribadi, tapi semoga bisa bermanfaat bagi siapapun yang membaca.
Gila... bener-bener buat stres. Gimana ga stres ? Terjebak di dunia lain yang ga diharapkan. ..
Itulah situasiku saat ini. Aku mahasiswi Psikologi, ga minat sama politik, hukum, hal-hal dadakan, perdebatan, suasana rapat yang panas. Justru komponen-komponen pemicu stres itu seakan-akan menyerangku secara bertubi-tubi. *majas hiperbola. Wajar sekarang nih, aku gampang cemas. Dikit-dikit tanya, bilang ada masalah, ngeluh, dan hal-hal merepotkan lainnya bagi atasanku.
Mau gimana lagi ? Aku sudah terlanjur mengucapkan janji setia selama setahun untuk bekerja sebagai Deputi di Departemen yang penuh dengan hal-hal dadakan & membuatku cemas. Aku sementara ini berpikir, “Sudahlah, ini hanya satu tahun kepengurusan, ga nyampe setahun lagi aku bisa melepaskan status sebagai diplomat abal-abalan. Aku tau, ini bukan duniaku. Aku tau, aku terjebak di sini. Tenang aja, ga lama lagi, aku bisa lepas dari ini.” Yang penting, tetap pegang amanah selama dipasang label deputi, atau bahkan yang lebih parah: seorang diplomat.
Diplomat ? Yap... Itu profesi keren bagi beberapa orang dalam departemenku ini. Profesi dambaan bagi mereka, tapi ga bagiku. Ga sama sekali. Aku ga bercita-cita jadi dilpomat. Ga kebayang gimana anakku nanti kalau ibunya lebih sibuk mengurusi negara ketimbang anaknya sendiri. Perkembangan anak bisa bermasalah karena ga deket sama ibunya. Ga percaya sama ibu, terlambat bicara, perkembangan aspek sosial-emosional terhambat, hal-hal fatal lainnya yang berakar dari hal sepele (ibu lebih mementingkan karir daripada anak sendiri), bisa terjadi. Aku dengan tegas menyatakan: GA MAU ITU TERJADI. Aku lebih rela kalo anakku besarnya nanti jadi diplomat kalau itu emang minat dia. Itu jauh lebih keren daripada aku sebagai seorang ibu (nantinya, aamiin) jadi diplomat sukses tapi keluarga hancur. Hmm. Itu beda kalo jodoku nanti seorang diplomat, itu ga masalah karena dia emang tugasnya cari nafkah kan..
Itu barusan adalah paparan alasan kenapa aku ga mau jadi diplomat. Memang sudah jelas bahwa aku memang ga minat sama kerjaanku di departemen ini. Lagi-lagi, kabar dadakan, rapat dadakan, apa-apa dadakan. Serba dadakan... menyebalkan. Mencemaskan.
Cemas adalah sesuatu yang ga mengenakkan. Tapi, bukan berarti yang ga mengenakkan harus dihindarkan kan ? Yup... Aku ga mau menghindari sumber-sumber kecemasan ! Ga masalah ada serangan bertubi-tubi dari atasan: tugas dadakan, disuruh ngomong pake bahasa asing dengan tamu, buat proposal malem ini jadi, segera menghubungi pembicara, segera rapat saat ini juga. Selama aku mampu, aku akan melawan kecemasan itu. Ga masalah kok kalau orang-orang sekitarku secara sadar atau ga sadar buat aku cemas. Kalau aku menghindari kecemasan, kapan aku mau maju ?
Itulah sikapku. Kecemasan emang ga bisa dihilangkan dengan instan, bisanya orang mengatasi kecemasan itu dengan strateginya. Mungkin, di awal-awal ini strategiku adalah merepotkan orang lain sebagai tempat “curhat” tentang masalah-masalah terkait. Ketika orang yang diajak ngomong itu menenangkan, aku akan lebih tenang. Itu di awal, mungkin strategiku untuk mengatasi kecemasan di akhir kepengurusan akan beda, jauh lebih baik. Semakin sering aku berinteraksi dengan kecemasan, semakin pandai aku dalam mengatasinya. Semoga, aamiin.
Terlepas dari kecemasanku dalam bekerja, aku yakin, posisiku sekarang sebagai deputi punya dampak positif buatku atau mungkin buat orang lain untuk ke depannya. Bisa saja, kemampuan negosiasi bakal berguna ketika aku harus menasihati anak yang bandel. Keren kan... ada ibu yang “mantan diplomat” bisa pake ilmunya buat mendidik anak ^ ^
Diposting oleh RIZKA di 23.40 0 komentar
Label: my experience